MagzNetwork

JANGAN TELAT MENIKAH....

Diposting oleh awaludin | 19.22 | 0 komentar »

JANGAN TELAT MENIKAH………!
Telat menikah, apalagi bila terjadi pada wanita, menimbulkan banyak pertanyaan dan penafsiran. Namun, fenomena ini, belakangan justru cenderung meningkat. Lebih disayangkan lagi, sering alasan penundaan nikah itu tidak prinsipil. Sehingga, banyak orang secara sadar atau tidak telah menjerumuskan diri atau putra-putrinya dalam kesulitan yang dibuatnya sendiri. Tulisan ini memberikan motivasi dan saran bagi kita, agar tidak telat memasuki ibadah yang merupakan separo agama, tetapi dari satu sisi juga menyenangkan.


Dalam tulisan ringkas ini, kami membahas tentang semakin tersebarnya fenomena perawan tua di masyarakat kita; apa faktor-faktor penyebabnya, penjelasannya, dan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Seraya memohon pertolongan dan taufik kepada Allah.
Pernikahan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah Ta'ala dan karunia-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah di dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 21, yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Pernikahan merupakan jalan yang benar untuk memperbanyak jenis manusia dan agar jenis manusia ini tetap ada sampai datangnya tiupan sangka¬kala pertama kali kelak, pada Hari Kiamat. Sebab, dari pernikahan tersebut akan terjadi kelahiran dan keturunan, beberapa keluarga menjadi akrab, dan beberapa suku menjalin hubungan yang dekat.
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'am surah Al-Hujurat ayat 13, yang artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-Iaki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara karnu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al¬-Hujurat [49]: 13)
Jika melihat kondisi masyarakat kita maupun beberapa masyarakat lain, kita akan melihat adanya banyak perawan tua atau wanita yang hidup menjanda. Penyebabnya, pertama memang telah ditakdirkan oleh Allah untuk kita, dan kedua karena faktor kita sendiri.

Namun, persoalan ini, tampaknya jauh lebih besar dan lebih luas daripada itu. Orang yang memperhatikan kondisi masyarakat dan perubahan-perubahannya di masa sekarang, akan merasakan banyak hal yang luar biasa dan akan mengetahui berbagai persoalan yang mengkhawatirkan. Masalah-masalah dan kendala-kendala yang kita temui ini berpangkal dari kesalahan persepsi dan guncangan pemikiran di dalam masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kondisi ini muncul lantaran kelemahan akidah dan kesalahan penerapan syariat, yaitu kekhawatiran-kekhawatiran terhadap masa depan dan rasa takut yang tidak beralasan. Faktor lain yang masih terkait dengan rasa takut di sini adalah mental masyarakat yang mengandalkan ijazah dan ketergantungan kepada pekerjaan¬-pekerjaan tetap, serta kesibukan dalam jenjang akademik, sehingga banyak or¬ang yang ketinggalan kereta pernikahan; kemudian para orang tua pun ikut-ikutan merasakan kekhawatiran ini. Kerelaan masyarakat menerima sikap yang seperti ini juga menegaskan terjadinya kesalahan dalam persepsi, terbaliknya timbangan pemikiran, dan goyahnya keyakinan kepada Allah, serta lemahnya pandangan yang rasional.
Perhatikanlah Al-Qur'an surah An-Nur ayat 32, yang artinya:
Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka kaya dengan karunia-Nya." (An-Nur[24] : 32)
Perhatikan pula Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 286, yang artinya:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ... " (Al-¬Baqarah[2]: 286)
Selanjutnya Al-Qur'an surah At-Thalaq ayat 7, yang artinya:
" ... Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Al¬lah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesem¬pitan." (At-Thalaq [65]: 7)
Standard berpikir telah berubah. Masa depan adalah materi, perencanaan adalah materi, syariat hidup dan pernikahan masa depan dibangun di atas landasan materi. Seperti halnya materi, pekerjaan, ijazah, gaji, dan kedudukan pun merupakan komoditas yang laris, sama saja apakah itu bagi pemuda atau keluarganya serta bagi gadis atau keluarganya, kecuali yang dirahmati oleh Rabbi. Informasi-informasi dan perilaku-¬perilaku yang diserap oleh masyarakat dan pemuda melalui berbagai tulisan, novel, surat kabar, dan radio, secara langsung atau tidak langsung telah memberikan pengaruh nyata terhadap rusaknya pandangan masyarakat mengenai kehidupan. Informasi-¬informasi dan pandangan-pandangan yang beragam ini telah membalikkan pemahaman, merusak karakter, serta menjadikan hubungan-hubungan dan ikatan-ikatan antar manusia semata-mata berdasarkan keuntungan-keuntungan pribadi dan materi semata, ketika manusia telah mengalami kemunduran dan menggunakan standard-standard ini sebagai penentu hubungan¬-hubungan di antara mereka.

Zaman telah rusak, bukti penalaran telah hilang, hukum agama telah diabaikan, dan masyarakat rnerendah¬kan orang lain lantaran kemiskinannya. Perhatikanlah Al-Qur'an At-Thalaq ayat 7, yang artinya:
" Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya ... " (At-Thalaq [65]: 7)
Hendaknya, seseorang menikah dengan orang-orang yang utama dan shalih, agar ia tidak diuji dengan hubungan perbesanan dan keturunan yang memiliki tuntutan-tuntutan yang melampaui batas yang ma'ruf, sehingga mereka akan membebaninya dengan berbagai kesulitan dalam hidup dan menambah berat urusannya. Kenapa demikian, wahai manusia?

Sesungguhnya, ketampanan akhlak itu lebih kekal daripada ketampanan fisik. Kekayaan hati lebih didahulukan daripada kekayaan harta. Pertimbangan paling utama untuk menilai kebaikan seseorang adalah dengan sifat-sifatnya yang berbudi, bukan dengan perhiasan badan dan banyaknya harta benda.

Sa'id bin Musayab Rohimahullah pernah ditanya mengenai hadits (Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan maharnya): "Bagaimana seorang wanita yang baik, justru maharnya murah??"
Maka, Sa'id berkata: "Hai, kamu! Pikirkanlah apa yang baru kau katakan! Apakah mereka itu sedang menawar binatang yang tidak berpikir? Apakah kamu menganggapnya sebagai barang dagangan yang dibeli oleh suaminya dengan harga lebih mahal daripada yang dibayarkan oleh orang lain?"



Allah Ta'ala berfirman dalam An-Nisa' ayat 1, yang artinya:
" Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya ... " (An-Nisa’ [4] : 1)
Pernikahan adalah dilakukan antara seorang manusia dengan manusia, seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan bukanlah barang dagangan yang harus diganti dengan barang dagangan lagi.

Adapun orang-orang bodoh, maka mereka itu menjadikan kecantikan atau ketampanan, kedudukan, harta, dan sta¬tus sebagai harga mati, agar "harga pasaran" mereka naik. Menurut Anda, mereka itukah manusia-manusia pilihan, ataukah manusia-manusia yang buruk?

Hubungan wanita dengan seorang pria, adalah hubungan antara satu jiwa dengan satu jiwa yang setara, bukan hubungan antara barang dagangan dengan pedagangnya. Standard kaum pria tidak bisa diukur dengan harta, tetapi mahar itu dinilai dengan perilaku. Seorang pria atau wanita yang cantik dan berkedudukan, tetapi sedikit agama dan akhlaknya, maka banyaknya harta tidak berguna baginya.


Tidakkah Anda tahu bahwa bagi seorang pengecut,
adanya seratus pedang
tidak akan berguna sama sekali
untuk menutupi kelemahan dan kepengecutannya?

Banyaknya harta dan standard-stan¬dard materi, tidak bisa menutupi kegagalan, sifat buruk, dan perilaku jahat suami dan isteri, sekalipun harta benda tersebut berupa emas dan perak dalam dalam jumlah besar.
Sesungguhnya, prosentase talak dan perceraian di masa sekarang sangatlah besar.
Dalam wasiat Ibnu Jinni kepada putera-puteranya, disebutkan :
"Anak-anakku, jangan menjadikan kecantikan wanita dan mulianya keturunan searang wanita sebagai alasan untuk meminangnya, sesungguhnya pria yang menikahi wanita terhormat itu akan menjadi pijakan kemuliaannya; kecantikan di waktu muda, akan hilang oleh usia; sedangkan sifat harta benda adalah gampang datang dan gampang pergi; maka tinggal agama saja yang tersisa; oleh sebab itu, carilah wanita-¬wanita yang beragama, niscaya kamu diberkati" .
Para bijak mengatakan: "Tergesa-gesa itu terpuji dalam lima hal,
sudah mendapat pasangan yang setara, menguburkan mayit, mengunjungi or¬ang sakit, melaksanakan shalat apabila telah datang waktunya, dan menyuguh¬kan makanan bagi tamu apabila ia mampir".
Tertundanya pernikahan seorang gadis akan menimbulkan banyak pertanyaan dan penafsiran, bahkan dianggap sebagai suatu aib. Meskipun demikian, pada tahun-tahun terakhir ini telah muncul fenomena bertambahnya rata-rata usia pernikahan seorang pria maupun wanita dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penundaan usia pernikahan ini disebabkan oleh semakin diminatinya pendidikan tinggi di universitas-universitas di dunia Islam.
Orang yang memperhatikan kondisi masyarakat secara umum akan menjumpai bahwa seorang pria bisa menikahi seorang wanita dalam usia berapapun. Kesempatannya untuk memilih pasangan yang sesuai akan bertambah, apabila tingkat pendidikan, ekonominya, dan status sosialnya semakin tinggi, apalagi jika ia seorang yang memiliki popularitas dan lingkungan sosial yang populer pula.
Allah Ta’ala berfirman dalam Ar-Rum ayat 21, yang artinya:
" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang ... " (Ar- Rum [30] : 21)
Adapun wanita, justru sebaliknya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin sedikitlah kesempatan¬nya untuk menikah, kecuali bila ia telah menikah sejak sebelum menyelesaikan studinya dan sebelum menerima ijazah.
Tetapi, jika ia tidak juga menikah sampai memperoleh gelar sarjana dari perguruan tinggi atau yang setara dengannya atau lebih tinggi lagi, maka kesempatannya untuk menikah lebih kecil dibandingkan gadis yang tidak mengenyam pendidikan tinggi seperti ini.
Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang telah mampu menikah, hendaklah menikah; karena sesungguhnya pernikahan itu lebih menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan; dan barangsiapa yang tidak mampu menikah, hendaklah berpuasa, karena puasa itu menjadi peredam nafsu baginya".
Seruan hadits ini bagi para pemuda bisa dipahami sebagai anjuran untuk menikah secara dini, baik bagi para pemuda maupun bagi para gadis.
Agama Islam menghargai pernikah¬an dengan penghargaan yang tinggi, dan menganjurkan dilaksanakannya per¬nikahan, selama ada kemungkinannya untuk itu. Pernikahan merupakan keharusan, karena ia memberikan perlindungan dan penjagaan bagi pemuda muslim, khususnya dalam situasi banyaknya godaan. Selain itu, pernikahan bisa mewujudkan ketenang¬an dan ketentraman, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia (Ar-Rum: 21), yang artinya:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenisrnu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu -rasa kasih dan sayang ... " (Ar-Rum [30]: 21)
Keluarga adalah sel pertama untuk membangun masyarakat yang shalih dan beriman, apabila keluarga ini dibangun di atas pondasi-pondasi yang benar, pendidikan yang baik, dan sikap saling memahami antara suami dan isteri.
Bukhari, Muslim dan lain-lain meriwayatkan, dari Abu Hurairah Rodhiallahu ‘anhu, dari Nabi Sholallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
"Seorang wanita dinikahi karena empat hal, yaitu: karena hartanya, karena keturunan-nya karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka carilah wanita-wanita yang beragama, niscaya kamu beruntung”.

Pada asalnya, kata taribat yadaka berarti: "Niscaya tanganmu tertempel debu, karena kemiskinan". Tapi yang dimaksudkan di sini adalah, "jika kamu tidak memilih wanita yang beragama, kamu pasti merugi". Wanita beragama adalah wanita shalihah yang berbudi mulia. Maka, seyogyanya, yang dijadikan tujuan pria yang rneminang adalah mencari wanita yang beragama. Tidak ada kebaikan yang terkandung dalam diri seorang wanita yang berharta atau cantik jelita, tetapi ia tidak beragama.

Wanita cantik jelita yang tidak beragama, adalah wanita yang tertipu. Wanita yang kaya raya tanpa memiliki agama akan menjadi wanita yang melampaui batas. Wanita yang terhormat tanpa memiliki agama, akan menjadi wanita yang sombong.

Adapun wanita yang beragama, maka ia seorang wanita yang patuh kepada suaminya, sekalipun ia seorang wanita yang cantik jelita, kaya raya, berkedudukan dan dari keturunan or¬ang yang terhormat. Sifat-sifat seperti ini tidak hanya berlaku bagi wanita saja, tetapi juga berlaku bagi pria.

Wanita yang dipinang hendaknya tidak tertipu oleh ketampanan wajah seorang pria, kekayaannya, atau keturunan dan kedudukannya yang terhormat, tetapi hendaklah ia mencari pria yang beragama terlebih dahulu. Jika seorang pria memiliki agama dan keshalihan, maka ia telah memiliki persyaratan pal¬ing penting untuk menjadi pasangan hidupnya, kemudian sifat-sifat lain setelah terpenuhinya persyaratan agama ini menjadi pertimbangan yang lebih kecil. Seorang pria beragama akan melindungi dan menjaga isterinya, mempergaulinya secara baik dan patut, dan bersabar terhadap segala kekurangannya -dan ini yang paling penting-. Jika pria shalih ini mencintai isterinya, maka ia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya, ia tidak akan mezhaliminya. Jika si isteri tidak menyukai suaminya ini, maka sang suami tidak akan menahannya karena hendak menyusahkan isterinya, tetapi ia melepaskan isterinya dengan cara baik-baik.







Sesungguhnya, kehidupan berumah tangga itu penuh dengan kesulitan dan tanggung jawab, kondisi-kondisi yang dialaminya mudah sekali untuk berubah. Jika rumah tangga ini dibangun dengan landasan ambisi harta, kemudian harta kekayaan menjadi ludes, apakah yang akan terjadi?
Jika rumah tangga itu dibangun di atas landasan kecantikan atau kedudukan, kemudian terjadi perubahan keadaan, maka apakah pula yang akan terjadi?! Tidak diragukan lagi, pasti terjadi perubahan radikal dalam kehidupan rumah tangga dan menyalalah api konflik; karena rumah tangga tersebut tidak dibangun di atas pondasi yang kokoh, melainkan berdasarkan hawa nafsu individu yang tidak berakar dan berpondasi kuat.
Adapun apabila rumah tangga itu dibangun di atas landasan perhatian terhadap aspek agama, maka sesungguhnya agama adalah keyakinan kokoh yang tertancap kuat di hati seorang muslim (atau seorang yang beragama), di atasnya ia membangun perilaku-perilaku dan ucapan-ucapannya, darinya ia beragama), di atasnya ia membangun perilaku-perilaku dan ucapan-¬ucapannya, darinya ia bertolak dalam memperlakukan orang lain, Tentu bisa dimengerti, bahwa seorang muslim yang taat dalam beragama -baik ia seorang pria maupun wanita- pasti akan bersyukur kepada Allah dalam keadaan lapang, bersabar ketika menghadapi kesulitan, menyikapi keadaan dengan iman dan kesabaran, serta akan bekerja sama dengan pasangan hidupnya dengan kesetiaan dan pengorbanan,
Berdasarkan keterangan di muka, bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan menyebarnya fenomena perawan tua di masyarakat kita adalah hal-hal berikut:
1. Tingginya mahar dan ketidak¬mampuan pemuda untuk memikul beban pernikahan
2. Menunda nikah, dikarenakan ingin menuntaskan studi.
3. Penolakan wanita untuk menikah dengan pria yang telah beristeri.
4. Penetapan syarat-syarat yang memberatkan, oleh pihak isteri atau oleh pihak suami.
Adapun cara-cara untuk memecah¬kan persoalan ini adalah sebagai berikut:
1. Seyogyanya, keluarga wanita mencarikan pria yang cocok, yang bisa membahagiakan puteri mereka dan jangan melihat kepada tingginya mahar, akan tetapi hendaklah mencarikan pria yang beragama dan berakhlak baik; yang bisa memelihara agama puteri mereka serta melindungi dan membahagiakannya.
2. Hendaklah seorang wanita tidak menolak untuk menikah dengan alasan ingin melanjutkan studi, sampai menggerogoti usianya dan sampai pada usia tua, sehingga ia menjadi perawan tua dan tidak mendapatkan pria yang mau meni¬kahinya. Namun, ia bisa membuat kesepakatan dengan suami untuk melanjutkan studinya setelah menikah. InsyaAllah, ini mudah diatur, dan segala puji hanya milik Allah.
3. Janganlah seorang wanita melihat bahwa laki-laki yang datang meminangnya bila sudah beristeri tidak akan cocok untuk dirinya dan tidak akan mampu Untuk membaha¬giakannya. Banyak sekali wanita yang menolak lamaran seorang pria beristeri, kemudian ia menghabiskan usianya tanpa ada seorang pun yang datang untuk menikahinya. Agama Is¬lam yang hanif (lurus) ini dan sunah Nabi telah membolehkan seorang pria muslim untuk memiliki isteri hingga empat orang, dengan syarat, hendak¬lah laki-laki tersebut berbuat adil terhadap isteri-isterinya.
Sumber: Jangan Telat Menikah (Terjemahan dari Al-'Unuusah wa 'z-Zawaaj, Penulis Riyadh Al-Muhaisin)

Baca selengkapnya..

Realita Umat Islam

Diposting oleh awaludin | 23.05 | 0 komentar »

Kerugian yang Diderita Dunia dengan Kemunduran Umat Islam
Dikutip dari buku “Bahaya Kemunduran Umat Islam”
Karangan Dr. As-Sayyid Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi


Kemunduran umat Islam yang kemudian diikuti kegagalan serta tersingkirnya mereka dari kepemimpinan bangsa hingga terasing dari medan kehidupan dan perjuangan, apakah sejenis dengan kemerosotan suatu bangsa yang telah terjadi berulang-ulang dalam sejarah, runtuhnya pemerintahan atau negara, juga ambruknya para raja serta kaum penakluk, atau terkalahkannya para penyerbu yang asalnya menang, bahkan lenyapnya penindasan politik yang dulunya toleran (tasamuh)?


Sungguh bukan!
Bukankah sejenis dengan kesemuannya itu. Alangkah banyaknya kejadian dengan peristiwa seperti itu dalam sejarah tiap bangsa maupun sejarah manusia pada umumnya.
Kemunduran umat Islam adalah suatu peristiwa yang sungguh aneh dan mengherankan, dan tidak ada padanya dalam sejarah dalam, kemunduran umat Islam itu bukan hanya dialami oleh bangsa Arab, bukan hanya dialami oleh rakyat serta bangsa yang dekat pada agama Islam, dan bukan pula hanya dialami oleh suatu dinasti atupun istana yang telah kehilangan kekeuasan dan negara.
Kemunduran umat Islam merupakan suatu tragedi yang sesungguhnya dialami oleh seluruh umat manusia. Sejarah belum pernah mencatat suatu peristiwa yang lebih memperhatikan dan menyedihkan daripada peristiwa itu. Seandainya dunia memahami hakikat bencana yang sedang terjadi juga mengetahui betapa besar kerugian serta malapetaka yang menimpanya itu sehingga tirai fanatisme menjadi tersinkap, tentulah dunia akan menjadikan hari kemunduran umat Islam sebagai hari berkabung, hari duka cita, hari bela sungkawam bahkan hari yang penuh tangisan. Bangsa-bangsa sedunia tentu akan saling bertukar pernyataan duka cita dan dunia itu sendiri akan mengenakan pakaian berkabung.
Akan tetapi, sungguh peristiwa yang menyedihkan tersebut tidaklah terjadi dalam satu hari, justru terjadi setapak demi setapak serta berangsur-angsur dalam waktu bertahun-tahun.
Sungguh, hingga saat ini dunia belum pernah menghitung dengan tepat kapan peristiwa itu terjadi. Juga tidak dapat memperkirakan seberapa besar nilai kerugiannya sebab dunia tidaklah memiliki alat yang tepat untuk mendeteksi seberapa besar penderitaan dan kesengsaraannya.
Perlu ditegaskan bahwa dunia tidaklah menderita kerugian sedikit pun dengan runtuhnya suatu negara yang sekian lama pernah berjaya dan berkuasa, menaklukkan sejumlah negeri dan daerah, serta memperbudak rakyatnya sambil menikmati kehidupan berfoya-foya dan berlimpah kekayaan.

Baca selengkapnya..

Lihatlah Rasulullah SAW

Diposting oleh awaludin | 22.21 | 0 komentar »

Bagaimana Rasulullah Mengubah Bahan-Bahan Kejahiliyahan Menjadi Keajaiban dalam Kehidupan Umat Manusia.

Dengan ajaran keimanan yang mendasar dan mendalam, juga pendidikan yang diberikan secara cermat, tekun, bijaksana dan teliti, serta berkat kitab Allah, al-Qur’an al-Karim sebagi mu’jijat yang keajaiban-keajaibannya tak pernah kering dan kesegeraannya tak akan layu, Rasulullah , berhasil membangun kehidupan kehidupan baru di tengah-tengah umat manusia yang beradab.

Rasulullah , membangun kehidupan baru dengan menggunakan sisa-sisa kemanusiaan yang seolah-oleh bagaikan tumpukan bahan mentah. Tidak ada orang lain yang mengatahui cara memanfaatkannya karena sudah begitu lama tertutup oleh kejahiliayan dan kekufuran. Dengan keimanan dan akidah yang teguh, dan dengan pertolongan Allah ., beliau berhasil menyegarkan kembali sisa-sisa kemanusiaan yang sudah layu dan memberinya jiwa baru. Seolah-olah Rasulullah menyalakan kembali api yang telah padam. Sisa-sisa kemanusiaan yang berceceran itu dibenahi dan ditempatkan oleh beliau sesuai dengan tempat semula. Seolah-olah semua itu sudah lama menunggu kedatangan beliau.
Kemanusiaan yang dulunya telah mati, kini hidup kembali. Bahkan dapat memberikan bimbingan kepada dunia. Kemanusiaan yang dahulunya meraba-meraba di dalam gelap kini telah memperoleh cahaya dan sanggup memimpin berbagai bangsa ke jalan yang terang benderang.
Mahabenar Allah dengan firman-Nya

“Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia.”
(QS. Al-An’am: 122)

Dalam membangun kehidupan masyarakat baru, Rasulullah bersandar kepada bangsa Arab yang telah hilang dalam sejarah dan bangsa-bangsa lain. Tak lama kemudian, seluruh umat manusia menyaksikan bahwa di tengah-tengah mereka, terdapat manusia-manusia brilian yang mengagumkan dan menghiasi lembaran-lembaran sejarah.
‘Umar Ibnul Khathab yang dahulu pernah menjadi pengembala unta milik ayahnya, orang yang terkenal bertabiat kasar dan keras, orang yang di kalangan kaum Qurasiy tidak memperoleh kedudukan, dan tdak pula dipandang besar oleh teman-temannya, di kemudian hari mengejutkan dunia dengan genealitas dan otodidaknya. Ia sanggup menggulingkan kaisar dan kaisar dari singgasananya masing-masing, dan di atas di runtuhan persia dan romawi ia mendirikan sebuah negara islam yang menyatukan semua bekas wilayah kekuasaan dua kerajaan tersebut di dalam satu administrasi pemerintahan yang teratur secara baik, sekalipun begitu, ia tetap terkenal sebagai orang yang hidup zuhud, penuh takwa, dan teguh menegakkan keadilan sehingga menjadi teladan sepanjang zaman.
Lihatlah pula Khalid bin al-Walid. Dahulu dia hanyalah salah seorang pemuda dari pasukan berkuda Quraisy, yang kesanggupan berperangnya sangat terbatas dalam lingkungan daerah kecil dan sempit. Ia sering dimintai bantuan oleh pemimpin-pemimpin Qurasiy dalam menghadapi peperangan antarkabilah. Karena keberhasilan yang dicapainya, ia memperoleh pujian dan kepercayaan mereka. Sekalipun ketenerannya belum melampau berbatasan semenanjung Arabia, ia menjadi saifullah (pedang Allah) dalam perjuangan membela Allah dan Rasul-Nya. Dalam setiap medan tempur, ia selalu berhasil meraih kemenangan. Bagaikan petir menyambar, ia meruntuhkan kekuasaan kekuasaan Romawi dan Persia dan meninggalkan warisan abadi dalam sejarah.
Lihatlah Abu ‘Ubaidah, orang yang terkenal dengan sifat-sifatnya yang baik, jujur, dan peramah, yang dahulunya hanya memimpin pasukan kecil kaum muslimin dalam pertempuran kecil-kecilan. Tiba-tiba ia menunjukkan kemahiran dan keahliannya yang luar biasa dalam memimpin pasukan muslimin yang sangat besar dan kuat melawan pasukan romawi dan berhasil mengusir Haraclius dari daerah Syam yang terkenal kesuburan dan kemakmurannya. Haraclius sendiri ketika terpental dari daerah itu mengucapkan perpisahannya, “Selamat tinggal Syiria (Syam) untuk selama-lamanya.”
Lihatlah ‘Amr bin al-‘Ash, yang dipandang sebagai seorang yang cerdas di kalangan kaum Qurasiy. Ia pernah dikirim oleh mereka sebagai delegasi ke Habasiy untuk menuntut dikembalikannya kaum muslimin yang berhijrah ke negeri itu, tetapi ia pulang dengan tangan kosong. Ternyata di kemudian hari setelah menjadi seorang muslim, ia sanggup memimpin serangan besar-besaran terhadap Mesir dan berhasil menaklukkan kekuasaan Romawi di wilayah itu.
Lihatlah pula Sa’ad bin Abi Waqqash, orang yang sebelum masuk islam belum pernah terdengar namanya dalam sejarah bangsa Arab. Tiba-tiba di kemudian hari ia sanggup menjadi panglima pasukan muslimin merangkap komandan resimen. Dialah yang merebut kunci kemenangan di Mada’in dan menaklukan kekuasaan Persia di Irak dan Iran, yang hingga kini kedua kawasan itu tak dapat dipisahkan dari namanya.
Juga lihatlah Salman al-Farisi, anak penduduk desa Mubidzan, yang dahulunya mengalami penghidupan berpindah-pindah dari satu perbudakan ke perbudakan lainnya dan lepas dari kekejaman satu menuju kekejaman lainnya. Di kemudian hari ternyata ia sanggup merintis jalan bagi bangsanya sebagai penguasa ibukota bekas imperium Persia, yang beberapa waktu sebelumnya ia hidup di sana sebagai salah seorang penguasa, setapak pun ia tidak pernah bergeser dari cara hidupnya yang sangat zuhud dan sederhana. Rakyatnya menyaksikan sendiri bahwa ia tinggal di sebuah gubuk reyot dan mengangkat barang di atas kepalanya.
Lalu lihatlah para sahahabat-shahabat Rasulullah yang lainnya mereka menjadi tauladan bukan hanya untuk rakyatnya tapi untuk semua umat muslim yang lainnya.

Kelompok manusia yang serasi dan penuh keseimbangan
Bangsa Arab, yang dahulunya dilihat oleh dunia beradab sebagai bahan mentah yang beserakan, dan nilainya diremehkan oleh bangsa-bangsa lainnya yang telah maju, serta dicemoohkan oleh negeri-negeri sekitarnya, tiba-tiba berubah menjadi segolongan masyarakat manusia yang kebaikan dan keseimbangannya belum pernah disaksikan oleh sejarah.
Oleh karena itu mereka tidak akan mendapatkan hal yang dapat merehkan lagi tetapi mereka akan memuliakan siapa yang menghina tapi dengan syarat mereka harus menerima hanya satu Tuhan yang hanya di sembah dan Muhammad RasulNya kalau tidak mereka akan memerangi mereka siapa saja yang tidak mau menerimanya.

Baca selengkapnya..

Kesesatan Film 2012

Diposting oleh awaludin | 19.51 | 0 komentar »

Film kiamat 2012 garapan Hollywood sudah menuai protes dari tokoh Islam. Adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Malang, KH Mahmud Zubaidi yang pertama kali mengecam film yang sudah tayang di Indonesia itu.

Menurutnya, sebagai umat Islam, harus mempercayai bahwa kiamat merupakan rahasia Allah. Jadi, jangan percaya dengan ramalan kiamat versi bangsa Maya. ”Film itu tidak pantas untuk ditayangkan, karena bisa mempengaruhi pemikiran umat. Soal kapan kiamat, itu kuasa Sang Pencipta. Jadi kita tidak boleh menentukan hari itu. Itu menyesatkan,” tegas Ulama Malang ini.

Berbeda dengan KH Mahmud, Ketua MUI pusat, KH Amidhan tidak begitu mempermasalahkan film itu. ”Secara pribadi, saya tidak menganggap itu masalah besar. Asalkan, film 2012 tidak diasosiasikan dengan hari kiamat. Kiamat hanya Allah yang tahu. Dan film hanya fiksi, bukan kisah nyata,” jelas Amidhan di Jakarta kemarin.

Mungkin, apa yang dijelaskan Amidhan ada benarnya. Bahwa film yang menelan biaya produksi sebesar dua ratusan juta dolar atau sekitar 2 trilyun rupiah itu tidak lebih dari sekadar khayalan orang-orang film. Dan itu tidak lepas dari trik bisnis Hollywood untuk meraup uang sebanyak-banyaknya. Dalam tayang selama tiga hari di 105 negara, film ini sudah meraup untung 25 juta dolar.

Kalau dikritisi lebih dalam, film garapan Roland Emmerich ini tidak lebih dari ungkapan ketakutan yang berlebihan terhadap ramalan bencana dari kacamata orang atheis. Film berdurasi 158 menit ini sama sekali tidak menggambarkan kebesaran bahkan keberadaan Tuhan dan kekerdilan manusia. Pesan yang bisa ditangkap dari film ini justru menuhankan ilmu pengetahuan dan kebodohan agama.

Seperti umumnya film-film Hollywood yang lain, film 2012 lebih cocok menggambarkan suasana peperangan ala koboi Amerika dengan keganasan alam. Selain itu, nalar logika ilmiah film ini begitu dangkal dan sentuhan religusitasnya yang sangat sangat kering.

Satu hal yang sudah biasa dalam film Hollywood, penggambaran betapa bijaksananya Amerika. Terlebih lagi presidennya. Dalam film ini, presiden Amerika adalah di antara mereka yang tidak mau meninggalkan ketakutan rakyatnya ketika pemimpin dunia yang lain sudah kabur menyelamatkan diri. Sang presiden pun digambarkan menemui ajal bersama rakyatnya yang sedang menderita.

Apa yang disampaikan Ketua MUI Malang memang benar, ”Film ini sangat menyesatkan.” mnh (Sumber: Era Muslim).

Baca selengkapnya..

Ramai dunia membincangkan sikap Syeikh Tantawi, dirinya pun diundang dalam acara "Al Bait Baitak", sebuah program tersohor di salah satu stasiun televisi di Mesir. Tema yang diangkat mempertanyakan sikap Syeikh Al Azhar itu terhadap cadar yang dikenakan salah seorang siswinya di dalam kelas, hal ini kemudian heboh dibahas di berbagai media.

Dalam acara tersebut Syeikh Tantawi menegaskan, bahwa dirinya sangat menghormati cadar dan tidak pernah menjelek-jelekan muslimah yang mengenakannya. Ia juga tidak menjelekkan para muslimah karir yang pergi bekerja ke kantor untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dirinya kemudian menjelaskan, bahwa cadar itu merupakan bagian dari adat dan bukan terhitung ibadah, namun demikian dirinya tidak menentang penggunaannya.

Syeikh Tantawi kemudian membantah atas pernyataan dirinya yang tersebar di media-media selama ini, dituliskan bahwa ia memperolok sang siswi Al Azhar yang bercadar dan mengatakan, "Saya lebih paham dalam hal agama dibanding dirimu dan juga kedua orang tuamu."

Syeikh Tantowi pun mulai menguraikan apa yang terjadi sesungguhnya. Ia menjelaskan, bahwa ketika dirinya pergi untuk memeriksa kesiapan sekolah menyambut awal tahun ajaran di salah satu sekolah Al Azhar di kawasan 10th district Nasr City Cairo, dirinya memasuki sebuah kelas dengan ditemani seorang staff pengajar di sekolah setempat. Di kelas yang terdiri dari 15 orang siswi itu satu diantaranya mengenakan cadar. Dirinya kemudian meminta ke siswi bercadar tersebut untuk mengangkat cadarnya karena ingin diajaknya bicara, namun permintaan tersebut tak diindahkan. Ia lalu meminta bantuan kepada pihak sekolah, agar siswi itu berbicara padanya, maka siswi itu pun diminta untuk membuka cadarnya.

Syeikh kemudian menanyakan kepada siswi tersebut, "kenapa memakai cadar sedangkan dirimu berada di kelas yang semuanya adalah perempuan? Mengapa dirimu memiliki pemahaman yang mutasyadid (keras) dalam beragama. Di dalam kelas yang jelas semuanya adalah perempuan baik siswi dan pengajarnya, dirimu tak perlu mengenakan cadar". jelas Syeikh Tantawi.

"Tidak ada larangan bagi siswi yang bercadar memakainya ketika berangkat dari rumahnya menuju sekolah kemudian mengikuti apel pagi, namun ketika sudah masuk ke kelas, maka silahkan melepas cadarnya", tambah Syeikh Tantaowi mengakhiri penjelasannya. (ms/eg)(Sumber: era muslim)

Baca selengkapnya..

Hamas Menolak Deklarasi PBB

Diposting oleh awaludin | 19.40 | 0 komentar »

Hamas menyatakan menentang pendeklarasian negara Palestina secara sepihak lewat proses di Dewan Keamanan PBB yang digulirkan oleh pemerintahan otoritas Palestina pimpinan Mahmoud Abbas.


Bagi Hamas, melibatkan Dewan Keamanan PBB untuk mewujudkan negara Palestina merdeka tidak akan memberi makna kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Palestina dan hanya upaya pihak Presiden Mahmoud Abbas untuk menutupi kegagalannya melakukan proses perdamaian bagi rakyat Palestina.

"Deklarasi dengan cara seperti itu tidak bermakna. Tindakan itu semata-mata bertujuan untuk mengabaikan hasil-hasil perjuangan kelompok perlawanan di Palestina terhadap penjajah Israel," kata Salah Al-Barwadeel, pemimpin senior Hamas di Gaza.

Dalam keterangan persnya di Gaza, Senin (16/11), Barwadeel menyatakan, jika ingin mendeklarasikan negara Palestina merdeka, penjajahan Israel di bumi Palestina harus dihentikan dulu. "Mendeklarasikan sebuah negara yang luasnya hanya 20 persen dari seluruh wilayah Palestina, bukan solusi dan dunia akan menolak untuk memberikan pengakuan. Yang harus dilakukan Palestina adalah, memfokuskan diri membebaskan seluruh tanah Palestina dengan kekuatan sendiri, dengan perlawanan terhadap penjajah," tukas Barwadeel.

Ia menambahkan, keinginan untuk mendeklarasikan negara Palestina merdeka secara sepihak pernah dicetuskan oleh mantan pemimpin Palestina, Yaser Arafat pada tahun 1988. Jika memang negara Palestina merdeka ingin dideklarasikan, kata Barwadeel, jangan cuma meliputi wilayah Tepi Barat dan Gaza saja. "Mengapa tidak mendeklarasikan negara Palestina yang wilayahnya membentang dari kawasan Laut Mediterania sampai sungai Yordan?" tandasnya.

"Pendeklarasian negara Palestina merdeka, juga harus menjamin pembebasan wilayah Yerusalem dan hak kembalinya para pengungsi Palestina," sambung Barwadeel. (ln/IMEMC/arabnews)(Sumber: era muslim)

Baca selengkapnya..

PESAN UTSMAN

Diposting oleh awaludin | 18.37 | 0 komentar »


PESAN DAN NASIHAT UTSMAN BIN AFFAN
Dia adalah Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin umayah bin Abd Syam bin Abd Manaf al-Qurasiy al-Umawi. Utsman mempunyai julukan sebagai berikut:
• Dzun-Nurain (pemilik dua cahaya)
• Orang yang dua kali hijrah
• Juru tulis wahyu
• Mengorbankan harta di jalan Allah tanpa batas
• Membantu angkatan perang pada masa paceklik yang sedang memuncak
• Membeli sumur Rumah untuk disumbangkan kepada umat Islam
• Memperluas bangunan Ka’bah
• Penyabar dan tulus
• Orang yang diberi kabar gembira dengan surga
• Orang terhormat yang gugur sebagai syahid
Sabda Rasulullah tentang Utsman
‘Aku benar-benar malu terhadap orang yang disegani malaikat.”
“Umatku yang paling pemalu adalah Utsman.”
Ibnu Abbas berkata, “Jika manusia berkumpul untuk membunuh Utsman sungguh mereka akan dilempari batu dari langit.”
Hukuman di dunia
Utsman berkata,”Alangkah baiknya hukuman di dunia, bukan di akhirat.”

Jangan Tertipu Oleh Kehidupan Dunia
Utsman berpesan, “Ingatlah kalian berada di tempat yang terus berubah. Manfaatkanlah sisa umur kalian dengan bail. Barangsiapa menjemput ajal sebaik mungkin. Dan jangan lupa, kematian pasti datang menjemput pada waktu yang tak terduga.
Ketahuilah dunia ini dibentangkan penuh dengan tipuan. Allah berfirman,
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)
Belajarlah dari pengalaman generasi sebelum kalian. Bersungguh-sungguhlah dan jangan melupakan agar kalian tidak dilupakan. Di mana para penghuni dunia yang memakmurkan dan menikmatinya dalam waktu cukup panjang?
Jauhilah dunia ini sebagaimana Allah telah menghamparkannya, dan carilah keuntungan akhirat. Allah telah membuat perumpamaan untuk itu Allah berfirman.
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 45-46)

Jangan Tertipu oleh Dunia
Utsman berpesan, “Ketahuilah, dunia itu hijau dan menyenangkan. Banyak orang yang condong kepadanya. Oleh sebab itu, jangan kalian tertipu dan terlalu percaya kepada dunia. Dunia itu tidak dapat dipercaya. Kalian harus tahu, dunia itu tidak akan meninggalkan orang yang meninggalkannya.”

Menunggu Kematian
Utsman berpesan, “Saudaraku, sadarlah! Malaikat pencabut nyawa masih membiarkanmu. Ia masih mendahulukan orang lain. Sekarang, ia sudah mengarahkan langkahnya untuk mencabut nyawamu. Oleh karena itu, persiapkan dirimu utnuk menghadapinya. Jangan lupa bahwa ia tidak mungkin lupa sedikit pun kepadamu. Saudaraku, ketahuilah! Jika kamu lalai, belum menyiapkan bekal utnuk menghadapinya, orang lain tidak mungkin menyiapkan bekalmu untuk menghadapinya. Ingat! Pertemuan dengan Allah pasti terjadi. Bersiaplah! Jangan serahkan urusanmu kepada orang lain. Semoga kamu selamat.”

Bertakwa Merupakan Kemenangan
Utsman berpesan, “Saudaraku, bertakwalah kepada Allah. Bertakwa itu merupakan kemenangan. Orang yang paling pintar adalah yang meyiapkan diri untuk kehidupan setelah mati: berusaha mendapatkan cahaya Allah untuk menerangi gelapnya kubur. Hendaknya seseorang merasa takut dibangkitkan dalam keadaan buta.
Sudah cukup petuah orang-orang bijak. Ingatlah, orang yang bersama Allah, tidak mungkin merasakan takut. Sebaliknya, orang yang meniggalkan Allah, kepada siapa dia akan berharap”

Berbuat Sesuai Porsi
Utsman berpesan, “Jangan kalian paksa anak kecil untuk mencari nafkah. Jika tetap memaksa, bisa jadi mereka akan mencuri. Jangan kalian bebani budak perempuan yang tidak mempunyai keahlian untuk mencari nafkah. Jika kalian tetap memaksanya untuk berusaha, bisa jadi dia akan menjual kehormatannya. Peliharalah diri kalian agar kalian diperlihara Allah. Carilah makanan dengan apa yang baik sesuai kemampuan yang ada.”

Jembatan Menuju Akhirat
Utsman berkata, “Allah , memberi kalian dunia agar kalian menjadikannya sebagai jembatan menuju akhirat. Allah tidak menciptakan dunia agar kaliancondong kepadanya. Ingat, dunia ini pasti musnah sementara akhirat pasti kekal. Jangan kalian terpengaruh oleh sesuatu yang segera lenyap. Jangan pula kalian sibuk olehnya sehingga lalai untuk menghadapi yang kekal. Dahulukan sesuatu yang kekal. Dunia itu pasti musnah. Hanya Allah tempat kembali.
Bertawakalah kepada Allah takwa kepada-Nya merupakan benteng yang sangat kokoh utnuk menghadapi murka-Nya. Takwa juga menjadi jembatan menuju-Nya. Bersandarlah kepada Allah dalam menghadapi zaman. Tetaplah jaga persatuan dan jangan bercerai-berai. Allah berfirman,
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran: 103)

Terbukanya Rahasia
Utsman berkata, “Setiap orang yang menyimpan satu rahasia, Allah pasti menampakkan rahasia itu melalui wajah dan ucapanya.”

Menambah Perbekalan
Utsman berkata, “Orang yang kebaikannya tidak pernah bertambah, berarti dia telah menyiapkan dirinya untuk dijilat api neraka.”

Amar Makruf Nahi Munkar
Utsman berpesan, “Sebelum orang jahat menjadi penguasa kalian, serulah penguasa kalian untuk berbuat baik dan laranglah ia untuk berbuat jahat. Karena ketika orang jahat yang menjadi penguasa kalian, ia tidak akan mau mendengarkan seruan itu.”

Hati yang Bersih
Utsman berkata, “Jika hati kalian bersih, kalian pasti tidak pernah bosan membaca ayat-ayat Allah. Aku hanya mencintai datangnya siang dan malam yang dipenuhi dengan bacaan ayat-ayat-Nya.”

Baca selengkapnya..

Nasihat Pengingat Kematian

Diposting oleh awaludin | 18.50 | 0 komentar »




Segala puji bagi Alloh, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah , keluarganya, dan para shahabatnya.
Kematian bukan sekadar takdir yang pasti dilalui setiap jiwa. Kematian juga bukan sekadar ‘keberakhiran’ dari sebuah ‘kehadiran’. Kematian adalah nasihat bagi orang-orang yagn masih sanggup menghela nafasnya, mereguk nikmat Allah yang tak ada habisnya.
Banyak pesan dan nasihat yang telah didengar. Banyak ujaran hikmah yang telah dikunyah. Ada yang manis, tak sedikit yang pahit. Namun, tak ada nasihat yang menembus ruang hati dan jantung, merasuk hingga ke sumsum tulang, melebihi peringatan tentang datangnya kematian dan kehidupan akhirat sesudahnya. Tentang:
“Hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara: 88-89)
Karena itu, di tengah kehidupan duniawi yang melenakan, melalaikan dari tugas ibadah yang telah ditetapkan pada segenap insan, melupakan Allah yang telah menciptakan sekalian alam, nasihat tentang kematian dan Hari Akhir sangat pas untuk didengarkan. Bukan sekedar untuk menjadi bahan ceramah yang mengutip ungkapan umum, “masuk dari kuping kanan dan keluar dari kuping kiri”. Tapi, nasihat yang dapat menyadarkan kita tentang tujuan hidup kita, tentang jati diri kita, dan tentang hakikat kehidupan yang tengah kita lalui saat ini.
Nasihat tentang kematian dapat menyadarkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, penuh fitnah dan cobaan. Firman Allah :
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesengan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Lalu ketika setiap orang pasti mengalami kematian:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Ali Imran: 185)
Maka tak ada jalan lain bagi setiap Muslim kecuali mengintrospeksi dirinya, mengevaluasi setiap amalnya, sejauh mana mengikuti titah dan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sejauh mana pula ia mengindahkan larangan-Nya. Setelah itu semua, ia tak punya pilihan lain, selain menghaturkan taubat kepada Allah, memohon ampunan-Nya dari segala keliru dan dosa. Dan, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Nasihat dan pelajaran tentang kematian ini hendaknya terus diulang-ulang oleh para da’i, ustadz, dan ulama agar umat menjadi sadar dan ingat akan tujuan hidupnya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyebah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Semua ini, agar umat menjadi sadar, dan tidak larut dalam perselisihan, kemungkinan dan kemaksiatan. Agar mata segenap umat terbuka lebar-lebar dan mulai berjuang untuk bangkit dari ketertinggalan dan ketertindasan.
Kehidupan dunia hanyalah sesaat, sedang kehidupan akhirat adalah selamanya. Lalu apa yang hendak dicari, kecuali ridha Yang Maha Pengasih, yang dapat mengantarkan kita kepada surga yang kekal abadi.

Baca selengkapnya..

kehidupan manusia

Diposting oleh awaludin | 03.35 | 0 komentar »


Sepanjang sejarah manusia, semenjak nabi Adam Alaihi Salam hingga Nuh Alahi Salam semoga Allah senantiasa mencurahkan kesejahteraan kepada mereka (yang diperkirakan berjarah 10 abad), masih tetap berada diatas dasar dan landasan tauhid.

Ibnu Abbas berkata :

كان بين نوح وادم عشرة قرون كلّهم على شريعة من الحقّ فاختلفوا فبعث الله النبيين مبنشّرومنذرين]

“Antara Nuh dan Adam terdapat 10 abad yang seluruhnya berada pada syariat yang haq lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan ancaman.” [jami’ Al Bayan 2/194].

Penyimpangan terhadap ajaran tauhid, pertama kali terjadi dikalangan umat nabi Nuh Alaihi Salam, yang menyembah patung karena penghormatan yang berlebihan terhadap orang sholeh diantara mereka. Allah mengisahkan kejadian ini dalam Firman Nya :

“ Nuh berkata : “ Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata : “Jangan sekali-kali kalian meniggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr.” {Qs Nuh : 21-23}

Ibnu Abbas berkata :

صارت الأوثان التى كانت في قوم نوح في العرب بعد امّا ودّكانت لكلب بدومة الجندل وامّا سواع كانت لهذيل وامّا بغوث فكانت لمراد ثمّ لبنى غطيف باجرف عند سباء وامّايعوق فاكانت لهمدان وامّا نسر فكانت لحمير لال ذى الكلاع اسماء رجال صالحين من قوم نوج فلمّاهلكوا اوحى الشيطان الى قومهم ان انصبوا الى مجالسهمالّتى كانوا يجلسون انصابا وسمّوها باسماءهم ففعلوا فلم تعبد حتى اذا هلك اولئك وتنسّخ العلم عبدت

“Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa arab setelahnya. Wadd adalah berhala bani Kalb di Daumatil Jandal. Sawaa adalah berhala bani Hudzail. Yaghuts adalah berhala bani Murod, kemudian untuk bani Ghuthoif disebuah wadi bansa Saba. Ya’uq adalah berhala untuk Hamdan. Sedangkan Nashr berhala untuk Himyar. Semuanya nama-nama tokoh-tokoh orang-orang sholeh kaum nabi Nuh . ketika mereka mati syaithonpun mulai menghembuskan kepada kaum mereka bisiksn untuk membuat patung-patng mereka di dalam majelis-majelias tempat meeka duduk, lalu mereka namakan dengan nama-nama tersebut, lalu mereka melakukannya, namun belum disembah, sampai ketika mereka semuanya telah mati dan ilmu mulai redup, maka maka semua itu disembah .” [HR. Bukhori: 4920]

Dari ummat nabi Nuh inilah kemudian syirik itu menyebar ke tengah umat manusia sesudah mereka. Dalam konteks seperti itulah kafilah nabi-nabi dating silih berganti untuk mengenbalikan manusia kepada dasar fithroh mereka yaitu tauhid.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelummu ( Muhammad) melainkan kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Maka beribadahlah kalian kepadaKu" {Qs Al Anbiyaa : 25}

“Seluruh Rasul yang sebelummu (Muhammad) beserta kitab-kitab mereka pokok dan dasar risalah mereka adalah perintah beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi Nya, serta penjelasan bahwa Dialah Ilah yang haq yang berhak diibadati. Dan beribadah kepada selain Nya adalah bathil .” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 470]

Allah berfirman :

“ Sungguh telah Kami bangkitkan seorang Rasul bagi tiap-tiap ummat dengan perintah :

“ Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah Thaghut." {Qs An Nahl : 36}

“ Bahwasanya tidak ada satu ummatpun, yang dahulu maupun yang kemudian, kecuali Allah utus kepadanya seoarng Rasul yang semuanya membawa satu dakwah satu agama (syariat) yaitu beribadah kepada Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi Nya.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 393]

Dalam ayat lainpun Allah berfirman :

“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,lalu ia berkata : “Wahai kaumku, beibadahlah kepada Allah. Sekali-kali tak ada Ilah bagi-mu selain Nya.” {Qs Al A’raaf : 59}

“ Allah bw\erfirman tentang Nuh atau rasul-rasul yang lain : “ Sesungguhnya Kami telah mengutusnya kepada kaumnya untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah semata. Ketika mereka menyembah berhala.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 255]

Dan dalam ayat yang senada dengan ayat diatas Allah berfirman :

“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum A’ad saudara mereka Hud. Ia berkata : “ Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain Nya.” {Qs Al A’raaf 65}

“ Dia menyeru mereka kepada tauhid, melarang mereka berbuat syirik dan kedzoliman di muka bumi.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 265]

“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh ia berkata : “ Hai kaumku. Beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian.” {Qs Al A’raaf : 73}

“ Allah mengutus seorang nabi kepada mereka untuk mengajak kepada iman dan tauhid serta melarang mereka berbuat syirik dan mencari tandingan-tandingan. Dakwahnya Sholeh termasuk jenis dakwahnya rasul-rasul yang lain yaitu perintah beribadah kepada Allah dan menjelaskan bahwa hamba tidak memiliki Ilah selain Dia.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 257]

Semua itu terus berjalan, hingga tiba saatnya Allah mengankat nabi Isa kelangit lalu manusia mulai menyimpangkan dan mengganti syariat Allah, sehingga syirik merata di muka bumi dan kaum Yahudi dan Nashranipun mulai mempersekutukan Allah. Kaum Yahudi menyembah Uzair, sedangkan kaum Nashrani menyembah Isa dan ibunya.

Allah berfirman :

“ Orang-orang Yahudi berkata : “ Uzair itu putra Allah “ Dan orang Nashrani berkata : “ Al Masih itu putra Allah “ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru orang-orang kafir yang terdahulu…” {Qs At Taubah : 30}

“ Pengikut Isa Al Masih berbeda pendapat setelah beliau diangkat ke langit,sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas dan para ulama salaf lainnya. Sebagaimana mereka berkata : “ Pada kami ada seorang hamba dan rasul Allah yang diangkat ke langit “ yang lain berkata “ Dia adalah Allah “. Sedangkan yang lainnya lagi berkata : “ Dia anak Allah “ [Al Qoshosh al Anbiya : 627]

Dan nun jauh disana, tepatnya dijazirah Arab, mayoritas bangsa Arab sudah semenjak lama mengikuti dakwah Ismail, yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah, mengesakan Nya dan memeluk agama Nya.

Dan waktupun bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran tauhid yang pernah disampaikan kepada mereka.sekalipun begitu, masih ada sisa ajaran tauhid dan beberapa Syiar dari agama Ibrohim, hingga muncul Amr bin Luhay, peminpin bani Khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orng yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.

Kemudian dia mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam yang menyemah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para rasul dan turunnya kitab. Maka dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah dengan menyembah Hubal tersebut. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.

Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Dikisahkan bahwa Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin.

Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr) terpendam di Jiddah. Maka dia datang kesana dan mengangkatnya,lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Al Masjidil Haram dengan berbagai macam berhala dan patung.

Tatkala Rasulullah menaklukan Mekkah, disekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.

Begitulah kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala,yang menjadi Fenomena terbesar dari agama orang-orang jahiliyah yang (masih) menganggap dirinya berada dalam agama nabi Ibrohim yang hanif.

Untuk itu pulalah, Rasulullah diutus yaitu untuk mengembalikan fithroh manusia pada tauhid yang didakwahkan rasul-rasul sebelumnya. (teamhasmi.org)

Baca selengkapnya..

Olive Robinson datang mengunjungi kerajaan Saudi Arabia dua tahun yang lalu dan bekerja di sana. Adapun keinginan masuk Islam telah terbetik semenjak delapan tahun lalu. Namun baru dapat ia laksanakan tujuh bulan yang lalu. Dari pembicaraan ini akan kita ketahui bagaimana ia memeluk agama Islam dan bagaimana ia dapat menyelesaikan berbagai problemnya setelah masuk ke dalam Islam.

Seorang reporter majalah al-Jundi al-Muslim bertanya, "Bagaimana kisahmu masuk Islam?" Oliver berkata, "Kisahku dengan Islam dimulai sejak tahun 1992 di mana waktu itu aku bekerja untuk sebuah yayasan Nasrani yang mengutusku ke kota kecil Afrika Selatan yang bernama Malawy. Aku terpaksa menerima tugas tersebut sebab suamiku baru saja meninggal karena penyakit kanker dan meninggalkan dua orang anak perempuan. Yayasan inilah yang menafkahi kedua anakku itu dan menanggung semua kebutuhan mereka selama aku pergi bertugas, karena waktu itu gajiku masih terlalu sedikit belum mencukupi kebutuhan. Dari sinilah bermula kisah tersebut.

Di negeri ini ada seorang anak kecil muslim bersama beberapa ekor kambing. Ia mengetahui kondisiku. Dengan tanpa aku minta, ia selalu membawakan susu kambingnya untukku dan beberapa butir telur setiap hari. Dari sini aku berfikir tentang Islam, "Bagaimana orang-orang di sini mengetahui kebaikan? Bagaimana anak sekecil ini memberikan pelayanan yang baik kepada orang yang berlainan agama dengannya?" Aku berfikir tentang Islam dengan akalku sendiri, bahwa mayoritas penduduk Malawy beragama Islam. Walau aku bukan seorang muslimah, namun mereka tetap memberikan bantuannya kapan saja aku butuhkan. Ini semua membuatku berfikir secara mendalam tentang Islam."

Reporter tersebut bertanya, "Anda datang ke Kerajaan Saudi Arabia yang merupakan negeri Islam, setelah anda melihat negeri ini, apa yang membuat anda tertarik tentang Islam?"

Olive berkata, "Shalat. Inilah yang pertama dan yang paling mendorongku masuk ke dalam Islam. Aku melihat di rumah sakit, di mana-mana orang-orang melakukan shalat berjamaah baik banyak maupun sedikit. Demikian juga halnya di kamar-kamar, para pasien melakukan shalatnya sendiri-sendiri dan para wanita pergi ke tempat tersendiri untuk melaksanakan shalat. Dan yang lebih aneh lagi, aku melihat di bandara para musafir membentangkan sajadahnya di lantai bandara untuk menunaikan shalat. Ini merupakan cara yang sangat mudah dalam melakukan ibadah yang membuat diriku tertarik. Sebab ini semua berbeda dengan beban yang aku dapati di gereja.

Demikian juga yang membuatku kagum yaitu rutinitas seorang muslim dalam melakukan shalatnya. Ada salah satu hal penting yang aku sukai di negara Saudi ini dan memberikan pengaruh yang mendalam dalam jiwaku, yaitu bakti seorang anak terhadap kedua orang tuanya. Kamar-kamar rumah sakit dipadati oleh pasien yang berusia lanjut, kamu lihat anak-anak mereka setiap saat menunggui mereka dan berusaha mendapatkan keridhaan orang tuanya yang sedang terbaring sakit. Berbeda dengan masyarakat materialis barat yang tidak menghormati kedua orang tua."

Reporter bertanya, "Apakah kedatanganmu dari masyarakat Nasrani barat ke masyarakat muslim timur berpengaruh dalam meredakan pergolakan anti Islam dalam diri anda?"

Olive menjawab, "Sebenarnya tidak ada pergolakan seperti itu dalam diriku. Sebab sebelum berangkat ke Saudi aku sudah mempunyai tekad yang kuat untuk memeluk agama Islam. Bahkan aku memilih negara Saudi sebagai tempat awal keislamanku, karena di negara ini terdapat kiblat kaum muslimin dan pelaksanaan hukum Islam secara nyata. Aku sengaja memilih bekerja di negara ini sebagai tempat awal keislamanku."

Reporter, "Kebanyakkan mereka yang masuk ke dalam agama Islam ditolak dan dibenci oleh keluarga dan teman-teman lama mereka dan terkadang mereka berusaha untuk menekannya. Bahkan sebagian mereka ada yang memutus tali kekeluargaan. Apakah ketika anda masuk Islam juga mendapat penolakan dari keluarga anda?"

Olive, "Keluargaku menyambut baik dan mengucapkan selamat atas langkahku ini. karena sejak awal mereka sudah mengetahui bahwa aku sedang menempuh jalan menuju Islam. Aku menceritakan kepada mereka bagaimana kekagumanku terhadap Islam, kaum muslimin dan kehidupan mereka. Dua orang keluargaku ikut membaca al-Qur'an untuk mengetahui tentang Islam. Pada saat libur musim panas, aku mengunjungi Markas Islam di Afrika Selatan.

Salah seorang anak gadisku setiap hari pergi bersamaku untuk mempelajari agama baru ini. Demikian juga ibuku sekarang menyaksikan beberapa film Ahmad Deedat yang mendakwahkan Islam dan menjelaskan kekeliruan agama Kristen yang sudah diubah-ubah."

Reporter, "Biasanya seseorang yang baru masuk Islam menemui berbagai problem dari teman-teman lamanya, terutama di tempat kerja. Bagaimana sikap anda menghadapinya?"

Olive, "Benar, banyak problem yang muncul, namun berkat pertolongan Allah aku mampu menghadapi semua problem dan tekanan itu. Aku senantiasa berdoa agar Dia mengokohkanku. Dan memang setelah beberapa hari setelah keislamanku, aku rasakan bahwa sekarang aku menjadi lebih kuat dan aku tidak lagi perhatian terhadap urusan-urusan yang tidak penting tersebut. Keyakinanku dalam Islam sudah semakin dalam. Alhamdulillah."

Reporter, "Bagaimana kondisi Islam di Afrika selatan?"

Olive, "Disini Islam tersebar dengan pesat. Markas-markas Islam banyak bermunculan. Aku pernah mendatangi markas yang sekarang dipimpin oleh Syaikh Ahmad Khan setelah Syaikh Ahmad Deedat harus beristirahat karena sakit (sekarang sudah wafat, rahimahullah-red). Markas ini memberikan berbagai bantuan; santunan anak yatim, membantu fakir miskin, membuka Ma'had Tahfizhul Qur'an dan mengadakan taklim agama. Pada markas yang aku datangi tersebut terdapat 19 orang anak yatim semua kebutuhan mereka ditanggung oleh markas. Mayoritas umat Islam di sini adalah imigran dari India dan ditambah dengan penduduk pribumi."

Reporter, "Menurut pandangan anda sebagai seorang muslimah yang baru, bagaimana cara berdakwah terbaik yang menurut anda sangat berpengaruh dan mendorong anda masuk ke dalam Islam?"

Olive, "Dengan memberikan buku, memperkenalkan Islam pada orang lain dengan tanpa ada pengaruh dan paksaan terhadap orang tersebut, yaitu dengan cara pendekatan. Demikian juga memberikan suri tauladan yang baik merupakan dakwah yang paling berpengaruh. Aku terkesan dengan pasien yang diopname di rumah sakit namun ia selalu menjaga shalatnya.

Demikian juga dengan bakti para anak terhadap ayah dan ibu mereka. Itu semua merupakan dakwah kepada Islam dengan tanpa kitab dan kaset, tetapi dengan memberikan contoh yang baik dalam bergaul sebagaimana yang diperintahkan oleh agama yang agung ini."

Reporter, "Coba ceritakan kisah teraneh yang anda jumpai sejak masuk Islam."

Olive, "Beberapa waktu yang lalu, aku pernah bersedekah 1000 riyal kepada salah orang non muslim sebelum aku pergi berlibur. Ia membutuhkan bantuan tersebut untuk mengunjungi ibu yang sedang sakit. Namun teman-temanku menyesali tindakanku tersebut. Mereka mengejekku bahwa uangku tidak akan kembali. Namun aku katakan kepada mereka, 'Aku melakukannya di jalan Allah.' Dua hari kemudian aku membawa koperku pergi ke bandara Abha menuju Afrika Selatan. Aku terkejut ketika pegawai bandara memberitahuku bahwa berat koperku melebihi batas berat yang telah ditentukan. Oleh karena itu aku harus membayar 1300 riyal untuk berat yang berlebih itu. Ia memperhatikanku dan berbisik, 'Apakah anda seorang muslimah?' pertanyaan ini ia ajukan setelah ia melihat penutup kepala yang aku kenakan. Aku jawab, 'Benar, aku baru masuk Islam beberapa bulan lalu.'

Pegawai tersebut tersenyum dan berkata, 'Kalau begitu anda tak perlu membayar dendanya, anggap saja ini merupakan hadiah dari bandara untuk anda.'

Aku teringat uang yang aku berikan kepada orang yang memerlukannya kemudian orang-orang menyesali tindakanku. Ingin rasanya aku menceritakan kisah ini agar mereka tahu bahwa setiap kebaikan yang dilakukan tidak akan sia-sia. Ia akan menjumpainya di sisi Allah SWT."

Reporter, "Sebagai penutup pembicaraan kita, kami ucapkan terima kasih kepada anda yang rela menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Semoga Allah SWT mengokohkan keislaman kita hingga kita menemuiNya."

(SUMBER: KISAH-KISAH TELADAN, Muhammad Shalih al-Qahthani, sebagai yang dinukilnya dari Majalah al-Jundi al-Muslim-situs dakwah alsofwah.or.id )

Baca selengkapnya..

Demi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, gelanggang dakwah banyak diminati jutaan manusia, mereka bukanlah manusia biasa, tetapi mereka adalah para brillian, para pejuang, para patriot serta orang-orang yang siap mengorbankan harta, jiwa dan raganya untuk dapat berandil dan ikut berpacu dalam gelanggang yang penuh liku tersebut.

Ya, jalannya tak bertabur semerbak bunga atau bermandikan cahaya. Di jalannya tergeletak sejumlah sosok tubuh manusia, berjuta jiwa terlepas dari jasadnya, berjalan kelelahan dengan terseok-seok dan bercucuran derai air matanya.

Akan tetapi –alhamdulillah– gelanggang ini tak pernah sepi, bahkan kian hari peminatnya kian membanjir, bagai air bah yang tak pernah bisa dibendung.

(( لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ عَلَى ذَلِكَ ))

“Akan senantiasa ada segolongan dari ummatku yang berjalan di atas kebenaran, tiada sedikitpun terpengaruh oleh orang yang menghina mereka, hingga datangnya keputusan Allah” (HR. al-Bukhariy dan Muslim)

Gelanggang itu adalah sebuah perjuangan membentuk tata kehidupan ummat, mengobati luka dan membawa obat penawar bagi penyakit mewabah yang telah menjangkiti ummat. Seorang da’i adalah arsitektur yang merancang benteng Islam yang megah, menambal yang runtuh dan menjaganya agar tetap kokoh, tampak cerah di tengah kegelapan fasad yang semakin pekat.

Seorang da’i yang memulai langkah perjuangannya bertolak dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan ma-nusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” [QS. adz-Dzāriyāt (51): 56]

Mengikuti gerak laju sebuah perintah:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [QS. at-Tawbah (9): 122]

Merambah kehidupan di atas fondasi:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petun-juk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami[QS. Sajdah (32): 24]

ٍSemua itu dirajut dalam sebuah tenunan adab yang apik, sebagaimana difirmankan:

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi ber-hati kasar, tentunya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu [QS. Āli ‘Imrān (3): 159]

“Dan janganlah kamu memalingkan mu-kamu dari manusia” [QS. Luqmān (31): 18]

Sungguh, betapa mulianya seorang da’i tatkala dia menyuarakan sebuah kalimat dari Rabb-Nya:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu…” [QS. an-Nisā’ (4): 1]

Seorang da’i sedang menapaki jalan yang menuju ke puncak gunung, mengarungi lautan dan menelusuri lembah. Mengingatkan orang yang lalai, memberitahu orang yang belum mengerti, mengasihi para pencari kebenaran hakiki, berdiri tegap menghadapi kesombongan para penjahat, senyum antusias dan optimisme menghadapi segala hambatan, teguh menghadang segala tekanan dan derasnya aliran kebatilan.

Dakwah adalah tangga kemajuan bagi ummat Islam dari tidur panjang dan realitas menyedihkan yang dialaminya. Da’i adalah pahlawan yang akan mengentaskan ummat dari segala kerendahan dan kesesatan. Membawa manusia dari kubangan kemaksiatan menuju mahligai iman dan ketentraman. Oleh karena itu, maka pantaslah bila al-Qur’an dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Hadits sangat menghargai usaha yang dilakukan seorang da’i :

“Siapakah yang lebih baik perkatannya da-ripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata: ”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?[QS. Fushshilat (41): 33]

(( فَوَاللهِ َلأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ ))

"Demi Allah , apabila Allah menunjuki seseorang dengan sebab dirimu, maka hal itu lebih berharga bagimu dari pada onta merah (kemegahan hidup) (HR. al-Bu-khariy, Muslim dan selain keduanya)

Tetapi dakwah bukanlah pintu yang telah terbuka lebar, sehingga setiap orang dengan mudah bisa memasukinya. Dakwah membutuhkan kesiapan, metode, dan rambu-rambu yang akan membantu perjalanan seorang da’i dalam mengemban tugas agungnya.

Tulisan ringkas ini bermaksud memberikan sebagian bekal yang harus dibawa seorang da’i, dalam perjalanannya di medan dakwah. Hal ini sangat penting untuk dipahami, sebab amal dakwah adalah amal agung yang membutuhkan keseriusan, istiqamah, kesabaran dan juga beragam cara, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh Alaihi Salam:

“Nuh berkata: “Ya Rabbi, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan si-ang. Maka seruanku itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran)” [QS. Nūh (71): 5-6]

Renungilah beberapa hal berikut, semoga dapat menjadi modal berharga untuk menemani perjalananmu dan perjuanganmu yang panjang:

Pertama: Teman Perjalanan

Saudaraku…!

Alangkah terasa jauh dan begitu panjang perjalanan yang hanya dilakoni seorang diri, tanpa seseorang yang menjadi teman bicara atau membantu di saat-saat menjumpai rintangan di jalan. Seorang muslim dalam kehidupan dunia ini, layaknya seorang musafir yang membutuhkan teman selama bepergian, membantunya dalam jihad hingga mencapai target dan tujuan. Sungguh menyenangkan bila dia memiliki teman yang cerdas dan takwa, sebaliknya akan terasa sesak dadanya bila yang mengiringi perjalanan panjangnya itu adalah orang-orang yang buruk, baik hati maupun tingkah lakunya. Seorang mu`min akan selalu kuat bila bergabung dengan sesamanya.

(( فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ اْلغَنَمِ اْلقَاصِيَةِ ))

“Sesungguhnya serigala akan memakan kambing yang sendirian” (HR. Ahmad, Abū Dāwūd dan an-Nasā’iy)

Kedua: Kehidupan Tanpa Ruh

Alangkah buruknya, bahkan tak mungkin seseorang hidup tanpa ruh, ya...sesuatu yang tidak mungkin:

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepa-damu wahyu (al-Qur’an, ruh) dengan pe-rintah Kami[QS. asy-Syūrā (42): 52]

Subhanallah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menamakan al-Qur’an sebagai ruh, maka tidak akan ada kehidupan yang sebenarnya tanpa al-Qur’an dan tidak ada kenikmatan dunia akherat tanpa Kitab Allah Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Inilah kenikmatan hakiki bagi orang yang memiliki selera kenikmatan, yaitu tali Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sangat kuat dan jalan-Nya yang lurus.

Sebaik-baik usaha untuk mendidik diri dan keluarga atau anak didik adalah duduk khusyu’ bersimpuh di hadapan Kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala, jauh dari kotornya dunia dan bercak-bercak noda kehidupan.

Betapa indahnya bergantungan dengan tali langit di saat tali bumi terputus, betapa bahagianya memasuki pintu langit tatkala pintu bumi telah tertutup. Suasana terindah bersama Kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala, adalah ketika mata kebanyakan orang pejam mengantuk atau tidur terlelap, namun seorang yang justru shaleh membaca al-Qur’an dengan penuh khusyu’ dan tunduk patuh, dikelilingi rahmat yang di bawa para malaikat.

Bacalah al-Qur’an dan tafsirnya, hafalkanlah, perhatikan baik-baik, ambillah pelajaran, dan hiduplah bersamanya. Jangan putuskan hubunganmu dengan Kitab Allah Subhanahu Wa Ta’ala , jauhilah kegelimangan dunia dan gemerlapnya kehidupan palsu yang fana.

Ketiga: Yang Paling Mengasihi Di Antara Sesama Manusia

Saat engkau menemui seseorang yang merintih kesakitan, tiba-tiba engkau pun merasakan sakitnya, engkau bahkan menangis karenanya. Kemudian engkau ulurkan tanganmu untuk benar-benar membantunya. Bukan hanya itu, bahkan engkau rela mengorbankan jiwawu demi menolongnya. Saat itu dirimu adalah orang yang sangat peduli dan mengasihi orang lain. Tapi tahukah, siapa sebenarnya orang yang paling mengasihi sesamanya? Yah, dirimu juga, yaitu ketika engkau menyeru (mendakwahkan) orang lain untuk menapaki jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ketika engkau memberikan cahaya petunjuk kepadanya agar selamat dari hitam pekatnya kesesatan.

Dakwah menyeru kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah jalan para nabi dan rasel utusan-Nya. Adalah kemuliaan yang amat besar, bila kita pun mau menempuh jalan yang sama. Ketauhilah, dakwah yang paling agung adalah mentarbiyyah anak didik untuk mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya saw serta manjauhkan mereka dari ombak kehinaan.

Saudaraku...!

Mendidik para pemuda untuk taat dan takwa adalah salah satu sisi paling agung, yang tidak pernah dipahami dengan baik hasil akhirnya, kecuali oleh ahlul bashirah yang berpandangan tajam. Hal ini tidak akan pernah disadari oleh mereka yang berpandangan pragmatis dan tergesa-gesa ingin menuai hasil.

Seorang pendidik adalah pencetak manusia pejuang, yang akan menjali pilar peradaban dan merubah sejarah. Dakwah dan seruan yang kekal adalah dakwah yang mengayomi anak didik dengan sesungguhnya, fondasinya menghunjam kuat ke bumi, hingga tidak akan termakan fitnah kecuali yang dikehendaki Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagai kebaikan baginya.

Keempat: Jangan Jadi Lilin

Alangkah kasihannya sebuah lilin, dirinya terbakar, sementara manusia dengan senang hati memanfaatkan cahayanya. Akankah seorang da’i bernasib seperti sepotong lilin? Yang kami maksudkan di sini adalah seseorang yang melalaikan pendidikan dirinya, padahal dirinya sudah memasuki tahapan tertentu dari usianya.

Mungkin dirinya menyangka bahwa usianya telah mencukupi sebagai pengganti tarbiyah fardhiyyah (pendidikan diri), atau dia mengira bahwa kesibukan dakwah cukup sebagai pengganti perhatian pada dirinya sendiri. Ini adalah jebakan yang sangat membahayakan. Orang yang tak memiliki apapun, tentuanya tak akan dapat memberi. Seorang da’i dalam gelanggang dakwah akan selalu menjadi qudwah, oleh karenanya harus ada cara tertentu untuk mendidik diri serta untuk komitmen menumbuhkan iman, keshalehan dan wara’. Jangan menjadi lilin yang membakar dirinya untuk menerangi orang lain.

Kelima: Warisan Para Nabi

Dakwah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala walaupun begitu penting, agung dan juga sebagai suatu amal ibadah, tetapi bisa saja berubah menjadi bumerang bagi pelakunya bila tidak memiliki fondasi yang benar dan substansi yang asli, yaitu ilmu syar’i. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Katakanlah: “ Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku me-ngajak (kamu) kepada Allah dengan huj-jah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” [QS. Yūsūf (12): 108]

Setiap dakwah yang tidak dilandasi oleh ilmu syar’i, meskipun sangat gencar, adalah dakwah yang kosong bahkan mungkin menjadi seruan menuju kebodohan. Munculnya kelompok-kelompok sesat adalah karena mereka tidak membekali dakwah dengan keilmuan yang shahih (benar).

Setiap amal ibadah meskipun banyak, bila tidak berdasarkan petunjuk Nabi saw adalah cacat dan kurang, khususnya bila tidak dilandasi ilmu syar’i. Karena dari sinilah munculnya para ahli zuhud yang sesat.

Ilmu adalah kehidupan, tidak akan pernah mengerti arti kehidupan itu melainkan orang yang dapat merasakan manisnya dan melahap kenikmatannya. Kita menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa sebuah masyarakat pilihan, pasti pilarya adalah orang-orang yang berilmu.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah, di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama” [QS. Fāthir (35): 28]

Oleh karena itu, sangatlah penting menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai salah satu cara meneguk ilmu syar’i. Seorang da’i yang memikul tanggungjawab untuk melakukan perubahan dengan goresan tinta, kata bijak dan perbuatannya, harus hidup dalam dunianya.

Kejadian dan aliran pemikiran yang selalu berkembang setiap saat, menuntutnya untuk mengetahui banyak hal yang ada di sekelilingnya demi kepentingan dakwahnya, termasuk membaca buah karya para penulis kontemporer. Ini merupakan sebuah keniscayaan, agar dia menjadi seorang da;i yang tanggap, respek dan sukses.

Namun jangan dilupakan, kita adalah ummat yang memiliki akar sejarah yang jelas. Manhaj ulama salaf adalah manhaj yang lebih benar, lebih lurus dan lebih selamat. Seorang da’i merasakan kebanggaan tersendiri bila menisbatkan dirinya pada manhaj para pendahulunya. Mayoritas goresan tinta mereka dihiasi keikhlasan, kejujuran dan lautan ilmu yang dalam.

Keenam: Keikhlasan Membutuhkan Keikhlasan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supa-ya Dia menguji kamu, siapa di antara ka-mu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Ma-ha Perkasa lagi Maha Pengampun[QS. al-Mulk (67): 2]

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa dalam menentukan tingkatan manusia, barometernya adalah hasan (yang baik). Jadi permasalaannya bukan kuantitas, tetapi kualitas. Satu hal yang menjadi faktor terpenting untuk kualitas amal ibadah agar dikatakan sebagai amal yang hasan adalah keikhlasan. Bahkan substansi amal itu sendiri sebenarnya adalah keikhlasan. Ketika keikhlasan tidak ada, maka ada tidaknya sebuah amal menjadi sama saja (percuma).

Saudaraku...!

Betapa para shiddiqun sendiri mengalami problem dalam keikhlasan. Tapi tidaklah mengapa, karena langkah pertama adalah melakukan dan merasakan, tetapi perlu sabar, mushābarah (menyabar-nyabari) dan mujāhadah (berjuang terus) agar dirinya dapat sampai tujuan meskipun setelah sekian lama.

Hati-hati jangan pernah terbuai oleh amal perbuatan kita sendiri. Sebagian salaf menyebutkan:

“Barang siapa yang mengira ikhlash terhadap keikhlasan dirinya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi”. Wallahu A’lam. (teamhasmi.org)

Baca selengkapnya..

islamisasi

Diposting oleh awaludin | 03.09 | 0 komentar »

Sepanjang sejarah manusia, semenjak nabi Adam Alaihi Salam hingga Nuh Alahi Salam semoga Allah senantiasa mencurahkan kesejahteraan kepada mereka (yang diperkirakan berjarah 10 abad), masih tetap berada diatas dasar dan landasan tauhid.

Ibnu Abbas berkata :

كان بين نوح وادم عشرة قرون كلّهم على شريعة من الحقّ فاختلفوا فبعث الله النبيين مبنشّرومنذرين]

“Antara Nuh dan Adam terdapat 10 abad yang seluruhnya berada pada syariat yang haq lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan ancaman.” [jami’ Al Bayan 2/194].

Penyimpangan terhadap ajaran tauhid, pertama kali terjadi dikalangan umat nabi Nuh Alaihi Salam, yang menyembah patung karena penghormatan yang berlebihan terhadap orang sholeh diantara mereka. Allah mengisahkan kejadian ini dalam Firman Nya :

“ Nuh berkata : “ Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata : “Jangan sekali-kali kalian meniggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr.” {Qs Nuh : 21-23}

Ibnu Abbas berkata :

صارت الأوثان التى كانت في قوم نوح في العرب بعد امّا ودّكانت لكلب بدومة الجندل وامّا سواع كانت لهذيل وامّا بغوث فكانت لمراد ثمّ لبنى غطيف باجرف عند سباء وامّايعوق فاكانت لهمدان وامّا نسر فكانت لحمير لال ذى الكلاع اسماء رجال صالحين من قوم نوج فلمّاهلكوا اوحى الشيطان الى قومهم ان انصبوا الى مجالسهمالّتى كانوا يجلسون انصابا وسمّوها باسماءهم ففعلوا فلم تعبد حتى اذا هلك اولئك وتنسّخ العلم عبدت

“Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa arab setelahnya. Wadd adalah berhala bani Kalb di Daumatil Jandal. Sawaa adalah berhala bani Hudzail. Yaghuts adalah berhala bani Murod, kemudian untuk bani Ghuthoif disebuah wadi bansa Saba. Ya’uq adalah berhala untuk Hamdan. Sedangkan Nashr berhala untuk Himyar. Semuanya nama-nama tokoh-tokoh orang-orang sholeh kaum nabi Nuh . ketika mereka mati syaithonpun mulai menghembuskan kepada kaum mereka bisiksn untuk membuat patung-patng mereka di dalam majelis-majelias tempat meeka duduk, lalu mereka namakan dengan nama-nama tersebut, lalu mereka melakukannya, namun belum disembah, sampai ketika mereka semuanya telah mati dan ilmu mulai redup, maka maka semua itu disembah .” [HR. Bukhori: 4920]

Dari ummat nabi Nuh inilah kemudian syirik itu menyebar ke tengah umat manusia sesudah mereka. Dalam konteks seperti itulah kafilah nabi-nabi dating silih berganti untuk mengenbalikan manusia kepada dasar fithroh mereka yaitu tauhid.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelummu ( Muhammad) melainkan kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Maka beribadahlah kalian kepadaKu" {Qs Al Anbiyaa : 25}

“Seluruh Rasul yang sebelummu (Muhammad) beserta kitab-kitab mereka pokok dan dasar risalah mereka adalah perintah beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi Nya, serta penjelasan bahwa Dialah Ilah yang haq yang berhak diibadati. Dan beribadah kepada selain Nya adalah bathil .” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 470]

Allah berfirman :

“ Sungguh telah Kami bangkitkan seorang Rasul bagi tiap-tiap ummat dengan perintah :

“ Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah Thaghut." {Qs An Nahl : 36}

“ Bahwasanya tidak ada satu ummatpun, yang dahulu maupun yang kemudian, kecuali Allah utus kepadanya seoarng Rasul yang semuanya membawa satu dakwah satu agama (syariat) yaitu beribadah kepada Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi Nya.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 393]

Dalam ayat lainpun Allah berfirman :

“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,lalu ia berkata : “Wahai kaumku, beibadahlah kepada Allah. Sekali-kali tak ada Ilah bagi-mu selain Nya.” {Qs Al A’raaf : 59}

“ Allah bw\erfirman tentang Nuh atau rasul-rasul yang lain : “ Sesungguhnya Kami telah mengutusnya kepada kaumnya untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah semata. Ketika mereka menyembah berhala.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 255]

Dan dalam ayat yang senada dengan ayat diatas Allah berfirman :

“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum A’ad saudara mereka Hud. Ia berkata : “ Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain Nya.” {Qs Al A’raaf 65}

“ Dia menyeru mereka kepada tauhid, melarang mereka berbuat syirik dan kedzoliman di muka bumi.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 265]

“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh ia berkata : “ Hai kaumku. Beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian.” {Qs Al A’raaf : 73}

“ Allah mengutus seorang nabi kepada mereka untuk mengajak kepada iman dan tauhid serta melarang mereka berbuat syirik dan mencari tandingan-tandingan. Dakwahnya Sholeh termasuk jenis dakwahnya rasul-rasul yang lain yaitu perintah beribadah kepada Allah dan menjelaskan bahwa hamba tidak memiliki Ilah selain Dia.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 257]

Semua itu terus berjalan, hingga tiba saatnya Allah mengankat nabi Isa kelangit lalu manusia mulai menyimpangkan dan mengganti syariat Allah, sehingga syirik merata di muka bumi dan kaum Yahudi dan Nashranipun mulai mempersekutukan Allah. Kaum Yahudi menyembah Uzair, sedangkan kaum Nashrani menyembah Isa dan ibunya.

Allah berfirman :

“ Orang-orang Yahudi berkata : “ Uzair itu putra Allah “ Dan orang Nashrani berkata : “ Al Masih itu putra Allah “ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru orang-orang kafir yang terdahulu…” {Qs At Taubah : 30}

“ Pengikut Isa Al Masih berbeda pendapat setelah beliau diangkat ke langit,sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas dan para ulama salaf lainnya. Sebagaimana mereka berkata : “ Pada kami ada seorang hamba dan rasul Allah yang diangkat ke langit “ yang lain berkata “ Dia adalah Allah “. Sedangkan yang lainnya lagi berkata : “ Dia anak Allah “ [Al Qoshosh al Anbiya : 627]

Dan nun jauh disana, tepatnya dijazirah Arab, mayoritas bangsa Arab sudah semenjak lama mengikuti dakwah Ismail, yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah, mengesakan Nya dan memeluk agama Nya.

Dan waktupun bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran tauhid yang pernah disampaikan kepada mereka.sekalipun begitu, masih ada sisa ajaran tauhid dan beberapa Syiar dari agama Ibrohim, hingga muncul Amr bin Luhay, peminpin bani Khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orng yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.

Kemudian dia mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam yang menyemah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para rasul dan turunnya kitab. Maka dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah dengan menyembah Hubal tersebut. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.

Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Dikisahkan bahwa Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin.

Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr) terpendam di Jiddah. Maka dia datang kesana dan mengangkatnya,lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Al Masjidil Haram dengan berbagai macam berhala dan patung.

Tatkala Rasulullah menaklukan Mekkah, disekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.

Begitulah kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala,yang menjadi Fenomena terbesar dari agama orang-orang jahiliyah yang (masih) menganggap dirinya berada dalam agama nabi Ibrohim yang hanif.

Untuk itu pulalah, Rasulullah diutus yaitu untuk mengembalikan fithroh manusia pada tauhid yang didakwahkan rasul-rasul sebelumnya. (teamhasmi.org)

Baca selengkapnya..